Thursday, January 31, 2019

Virus Polio | Biologi

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Virus polio sanggup melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi pada 1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 masalah polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya masalah tersebut hanya terjadi di enam Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan dunia bebas polio sudah berakhir.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul masalah polio pertama selama satu dasa warsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. (Lebih lanjut baca  "Polio: kisah dari Jawa Barat)  Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa kawasan di Indonesia dan menyerang belum dewasa yang tidak diimunisasi. Polio bisa menjadikan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia kini mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara global tahun ini. Kalau tidak tidak boleh segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga terutama kawasan yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut. Banyak pihak khawatir tingginya masalah polio di Indonesia akan menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain, khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang gres saja terjadi di Indonesia sanggup dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global.

B.          Rumusan Masalah
1.         Pengertian polio.
2.         Jenis – jenis polio.
3.         Mekanisme penyebaran polio.
4.         Langkah pencegahan polio.

C.           Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1.      Sebagai kiprah orientasi mahasiswa baru.
2.      Agar calon mahasiswa gres sanggup mengetahui hal – hal yang bekerjasama dengan penyakit polio.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian
Poliomielitis atau polio, yaitu penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi terusan usus. Virus ini sanggup memasuki anutan darah dan mengalir ke sistem saraf pusat mengakibatkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
B.    Gejala Klinik.
Tanda klinik penyakit polio pada insan sangat jelas. Sebagian besar (90%) benjol virus polio mengakibatkan inapparent infection, sedangkan 5% menampilkan tanda-tanda abortive infection, 1% nonparalytic, dan sisanya mengatakan tanda klinik paralitik.
Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh, 30% mengatakan kelumpuhan ringan, 30% mengatakan kelumpuhan berat, dan 10% mengatakan tanda-tanda berat serta bisa menimbulkan kematian. Masa inkubasi biasanya 3-35 hari.
Penderita sebelum ditemukannya vaksin terutama berusia di bawah 5 tahun. Setelah adanya perbaikan sanitasi serta inovasi vaksin, usia penderita bergeser pada kelompok anak usia di atas 5 tahun.
C.     Stadium akut --sejak ada tanda-tanda klinis sampai dua minggu-- ditandai dengan suhu badan meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akhir kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus.
Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian besar kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan sedikit demi sedikit dan memakan waktu dua hari sampai dua bulan.
D.    Stadium subakut (dua ahad sampai dua bulan) ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi.
Stadium konvalescent (dua bulan sampai dua tahun) ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan sesudah fase akut. Kemudian sesudah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua tahun lebih semenjak tanda-tanda awal penyakit biasanya mengatakan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen.
E.     Jenis Polio
1.            Polio non-paralisis
Polio non-paralisis mengakibatkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek kalau disentuh.
2.            Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang badan dan otot tungkai. Meskipun strain ini sanggup mengakibatkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu darahkapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul tanda-tanda menyerupai flu. Namun, pada penderita yang tidak mempunyai kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh belahan batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf sentra -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak mempunyai kemampuan regenerasi dan otot yang bekerjasama dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki mengakibatkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf sentra sanggup mengakibatkan kelumpuhan pada batang badan dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3.            Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke banyak sekali syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang bekerjasama dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan banyak sekali fungsi di kerongkongan; pergerakan pengecap dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf aksesori yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar sanggup mengakibatkan kematian. Lima sampai sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak sanggup bekerja. Kematian biasanya terjadi sesudah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga sanggup meninggal lantaran kerusakan pada fungsi penelanan; korban sanggup 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah memakai 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak sanggup mengakibatkan koma dan kematian.
Tingkat tamat hayat lantaran polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga dikala ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh sanggup mempunyai fungsi badan yang mendekati normal.

F.     Mekanisme Penyebaran
Virus ditularkan benjol droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi pribadi dari insan ke insan melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari verbal ke mulut). Fekal-oral berarti minuman atau makanan yang terkotori virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke verbal insan sehat lainnya. Sementara itu, oral-oral yaitu penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke verbal insan sehat lainnya.
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan chlor. Suhu tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan beku sanggup bertahan bertahun-tahun.
Ketahanan virus di tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan mikroba lainnya. Virus itu sanggup bertahan usang pada air limbah dan air permukaan, bahkan sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meski penularan terutama akhir tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius, virus itu hidup di lingkungan terbatas. Salah satu inang atau mahluk hidup mediator yang sanggup dibuktikan sampai dikala ini yaitu manusia.

G.    Pencegahan
Dalam World Health Assembly 1988 yang diikuti sebagian besar negara di dunia, dibentuk akad untuk melaksanakan eradikasi polio (Erapo) tahun 2000. Artinya, dunia bebas polio pada 2000. Program Erapo pertama yang dilakukan yaitu melaksanakan imunisasi tinggi dan menyeluruh. Kemudian, diikuti Pekan Imunisasi Nasional yang dilakukan Depkes 1995, 1996, dan 1997. Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai rekomendasi WHO yaitu semenjak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu.
Kemudian, diulang usia 1,5 tahun, dan 15 tahun. Upaya ketiga yaitu survailance accute flaccid paralysis atau inovasi penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan lantaran polio atau bukan.
Tindakan lain yaitu melaksanakan mopping-up. Yakni, dukungan vaksinasi massal di kawasan yang ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
1.      Masih terdapat Negara – Negara di dunia yang mempunyai virus polio liar yang akan menjadi bahaya bagi Negara – Negara yang rentan  ( cakupan imunisai rendah ).
2.      Cakupan imunisasi polio masih belum merata di beberapa desa.
3.      Tiga factor resiko utama terjadinya KLB yaitu :
Ø   Tingkat imunitas masyarakat rendah.
Ø   Sanitasi yang tidak baik.
Ø   Adanya fasilitas transportasi.

B.    Saran
Ø  Meningkatkan komitmen politik dalam upaya kesehatan masyarakat.
Ø  Meningkatkan kehandalan infrastruktur kesehatan.
Ø  Meningkatkan kiprah seluruh masyarakat, professional maupun media dalam mensukseskan upaya Indonesia menghentikan penyebaran virus polio.


No comments:

Post a Comment