Sunday, February 10, 2019

Virus Ebola


A.     Pengertian
Virus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus , familia filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh  virus tersebut . Penyakit ebola sangat mematikan. Virus ebola menyerang insan maupun binatang (monyet,gorilla dan simpanse). Dinamakan virus ebola lantaran ditemukan pada sungai yang berjulukan Ebola terletak di kawasan Republik Demokratik kongo (Zaire) , lokasi wabah epidemi pertama  pada 1976 disebuah RS misi yang dijalankan oleh biarawati belanda . Virus ini merupakan 1 dari 2 famili RNA virus yang berjulukan folifiridae.
B.     Sejarah dan Asal Mula
Virus Ini mulai menular dari salah satu spesies monyet di kongo kemudian mulai menyebar ke manusia.
1.      Tahun 1976 : Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di provinsi sebelah barat negara Sudan serta wilayah Zaire ( kini Kongo ). Virus Ebola ini pertama kali teridentifikasi sesudah terjadi endemik penyakit di wilayah Yambuki, Kongo, dan Nzara, Sudan.
2.     Tahun 2000 : Terdapat 425 orang di Uganda terinfeksi serta lebih dari separuhnya meninggal dunia.
3.     Mei 2011  : Wanita yang berumur 12 tahun di Uganda meninggal dunia lantaran Virus Ebola.
4.     29 Juli 2012 : terdapat 20 orang yang diduga terinfeksi Virus Ebola di Uganda serta 13 orang dari mereka meninggal dunia.
C.     Siklus Hidup
Siklus hidup dari virus Ebola gres terjadi ketika virus masuk ke dalam sel inang. Berikut ini merupakan siklus hidup dari virus Ebola:
1.       Virus berikatan dengan reseptor inang dengan permukaan GP (glikoprotein) peplomer dan berendisitosis ke dalam vesikel sel inang
2.      Penyatuan membran virus dengan membrane vesikel terjadi. Nukleokapsid terlepas ke dalam sitoplasma
3.      Rantai gen sense negative ssRNA dipakai untuk sintesis (3’-5’) poliadenilase, monocistronic mRNAs
4.      Translasi mRNA menjadi protein viral terjadi dengan menggunakan perlengkapan sel inang.
5.      Terjadi Post-translasi dari mRNA. Prekursor glikoprotein (GP0) berikatan erat dengan GP1 dan GP2. Kedua glikoprotein ini, pertama, berpasangan sebagai heterodimer kemudian menjadi trimer. Prekursor SGP berikatan erat pula dengan SGP dan delta peptida.
6.      Bila protein viral jumlahnya makin meningkat maka terjadilah replikasi. Dengan menggunakan rantai RNA sense negative, (+)ssRNA disintesis. Sintesis (+)ssRNA berfungsi untuk mensintesis (-)ssRNA.
7.      Terbentuknya nukleokapsid gres dan selimut protein yang berasosiasi dengan plasma membran sel inang; virion terlepas.

D.    Virus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus EbolaVirus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus EbolaBentuk




Virus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus EbolaVirus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus Ebola






E.     Penularan
1.       Penularan terjadi dari binatang yang telah terinfeksi Virus Ebola ke badan manusia.
2.      Kemudian dari insan yang terinfeksi ini, virus sanggup ditularkan ke dalam beberapa cara, contohnya ditularkan dengan cara kontak pribadi dengan keringat organ badan serta cairan badan lainnya dari insan yang telah terinfeksi Virus Ebola.
3.      Manusia juga sanggup terinfeksi oleh alasannya yaitu berkontak dengan benda, contohnya jarum suntik yang tercemar dengan insan yang telah terinfeksi Virus Ebola.
4.      Penularan yang terjadi di Rumah Sakit pun sanggup terjadi bila pasien serta tenaga medis tidak menggunakan masker atau sarung tangan.
5.      Adapun masa inkubasi nya yaitu 2 hingga dengan 21 hari.

F.     Gejala Penderita
1.       Demam mendadak
2.      Tubuh melemah
3.      Otot sakit
4.      Sakit kepala serta sakit tenggorokan
5.      Sering muntah, diare, ruam, ginjal serta fungsi lever terganggu
6.      Muncul pendarahan dalam serta luar
G.     Gambar penderita
Virus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus EbolaVirus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus Ebola
Virus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus EbolaVirus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus EbolaVirus ebola yaitu sejenis virus dari genus Ebolavirus  Virus Ebola
H.    Terapi dan Vaksin
Parah kasus memerlukan perawatan suportif intensif, lantaran pasien sering kehilangan cairan tubuh dan membutuhkan cairan intravena atau rehidrasi oral dengan solusi yang mengandung elektrolit.
Tidak ada pengobatan khusus atau vaksin belum tersedia untuk demam berdarah Ebola. Beberapa potensi vaksin sedang diuji tapi bisa beberapa tahun sebelum tersedia. Sebuah terapi obat gres telah menawarkan beberapa komitmen dalam penelitian laboratorium dan ketika ini sedang dievaluasi. Tapi ini juga akan memakan waktu beberapa tahun.
Studi eksperimental telah menggunakan sera hyper-kekebalan pada binatang tetapi tidak menawarkan adanya donasi terhadap penyakit.
I.       Penanganan
1.       Kasus yang dicurigai harus diisolasi dari pasien lain dan teknik keperawatan ketat penghalang dilaksanakan.
2.      Tracing dan menindak lanjuti penderita yang telah terpapar Ebola melalui kontak erat dengan pasien sangat penting.
3.       Semua staf rumah sakit harus diberitahu wacana sifat penyakit dan jalur transmisinya. Perhatian khusus harus ditempatkan untuk memastikan bahwa mekanisme invasif menyerupai menempatkan infus dan penanganan darah, sekret, kateter dan perangkat hisap yang dilakukan dalam kondisi pengamanan ketat. Staf rumah sakit harus mempunyai individu baju khusus, sarung tangan, masker dan kacamata. Alat dihentikan dipakai kembali kecuali mereka benar didesinfeksi.
4.      Infeksi juga bisa menyebar melalui kontak dengan linen kotor pakaian atau tempat tidur dari pasien dengan Ebola. Karena itu sebelum menangani barang mereka harus desinfeksi.
5.      Masyarakat dipengaruhi oleh Ebola harus mengetahui informasinya, baik wacana sifat dari penyakit itu sendiri dan tindakan penahanan wacana wabah yang diperlukan, termasuk pemakaman almarhum. Orang-orang yang telah meninggal lantaran Ebola harus segera dan kondusif dikubur.
J.      Pengobatan
Belum ada obat yang bisa menyembuh- kan pasien ebola semenjak penyakit ini merebak. Tetapi ada sedikit peluang bagi penderita karena, satu ahad yang kemudian Para ilmuwan Amerika Serikat menyatakan telah mengidentifikasi dan memblok dua sel enzim yang diproduksi virus ebola, baru-baru ini. Doktor Nancy J. Sullivan, peneliti dari Institut Alergi dan Penyakit Infeksi Maryland, AS, menyatakan, efektivitas virus ebola akan lenyap jikalau dua sel enzim ini ditahan. Ke depan, inovasi ini akan mengarah pada pengobatan penyakit ebola. Virus ebola menggunakan sel enzim untuk menggerogoti sel korban.
K.     Pencegahan
1.      Menghindari bepergian ke kawasan yang tengah dilanda wabah ebola atau kawasan yang mempunyai riwayat wabah ebola
2.     Menghindari kontak dengan cairan badan pasien/orang yang terinfeksi ebola menyerupai darah, feses, air liur, cairan muntahan, air kencing, bahkan keringat
3.     Tidak berafiliasi pribadi (bersentuhan) dengan pasien ebola

Bila terpaksa harus kontak pribadi (dalam kasus membantu korban penyakit ebola) harus menggunakan pelindung diri (proteksi diri) menyerupai beling mata, masker, pakaian khusus, sepatu boot dan sarung tangan.

kalo gambarnya gak kebuka klik aja yaa:) kalo gak ask @intansilabn

Tuesday, February 5, 2019

Makalah Virus Hepatitis

BAB 1
Pendahuluan
1.1.       Latar belakang
Adapun yang melatar belakangi penulisan makalah ini selain merupakan kiprah individu juga merupakan materi bahasan dalam mata pelajaran Biologi SMA. Dimana setiap siswa akan membahas materi wacana virus. Adapun dalam makalah ini akan dibahas wacana “Hepatitis” merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis. Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Namun demikian untuk mendeteksinya kini sanggup sehari jadi. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT (masih dalam tahap penelitian). Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronis”
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi lantaran virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia ketika ini. Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B kronis. Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun lantaran penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis ini. Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170 juta orang di seluruh dunia.
Penyakit hepatitis juga menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk. Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi mempunyai masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jikalau ketika ini penyakit hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah perkiraan bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan satu dari 10 besar penyebab janjkematian di Dunia. Angka masalah hepatitis C berkisar 0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia ketika ini yaitu 220 juta maka angka perkiraan penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah ini sanggup bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala-gejala spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter. Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit hepatitis B dan C.


1.2.       Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain :
- Sebagai materi pengembangan materi bagi siswa SMAN2 Bandar Lampung
- Sebagai materi penilaian terhadap kiprah yang di berikan terhadap siswa dalam penyusunan makalah

1.3.       Rumusan Masalah

1.       Apa itu virus hepatitis ?
2.       Bagaimana cara penularannya ?
3.       Bagaimana cara pencegahannya ?

BAB 2
Pembahasan
2.1. Pengertian
“Hepatitis”merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri, penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT (masih dalam tahap penelitian).. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronis”
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi lantaran virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga sanggup terjadi lantaran infeksi virus lainnya, menyerupai mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama yaitu alkohol dan obat-obatan.
2.2. Etiologi
Penyebab hepatitis majemuk akan tetapi penyebab utama hepatitis sanggup dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering yaitu hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis virus sanggup dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus disebabkan oleh biro bakteri, cedera oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis B dan C sanggup berubah menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan komplikasi lainnya yang sanggup menimbulkan kematian.
Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning. Sebenarnya hepatitis yaitu peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh banyak sekali faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain yaitu infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran benalu dalam organ hati (liver). Salah satu tanda-tanda penyakit hepatitis (hepatitis symptoms) yaitu timbulnya warna kuning pada kulit, kuku dan cuilan putih bola mata. Peradangan pada sel hati sanggup mengakibatkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua cuilan dari organ hati (liver). Jika semua cuilan organ hati (liver) telah mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang mengakibatkan kematian.

2.3. Patofisiologi
Virus atau basil yang menginfeksi insan masuk ke aliran darah dan terbawa hingga ke hati. di sini biro infeksi menetap dan menimbulkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini sanggup dilihat pada investigasi SGOT dan SGPT). akhir kerusakan ini maka terjadi penurunan absorpsi dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan menimbulkan ikterik. peradangan ini akan menimbulkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul tanda-tanda tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati yaitu sebagai penetralisir toksin, jikalau toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat sanggup menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi menimbulkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini sanggup diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan sanggup terjadi pada ketika tanda-tanda ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral sanggup dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis viral akut sanggup dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik sanggup diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif.
Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas tubuh (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi usang atau disebut dengan hepatitis serum.
Hepatitis akhir obat dan toksin sanggup digolongkan ke dalam empat cuilan yaitu: hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik.

Obat-obat yang sanggup mengakibatkan gangguan/kerusakan hepar adalah:
v Obat anastesi
v Obat antibiotik
v Obat antiinflamasi
v Obat antimetabolik dan imunosupresif
v Antituberkulosa
v hormon-hormon
v obat psikotropik
v Lain-lain, referensi phenothiazine
2.4. Gambaran klinis Hepatitis

Gambaran klinis sanggup dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :

Ø Hepatitis kronik
            o Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan hingga perasaan lelah  yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan tanda-tanda hipertensi portal (asites, perdarahan varises esofagus) memperlihatkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut.
            o Pemeriksaan biokimiawi memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan globulin serum.
            o Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis kronik.

Ø Hepatitis akut
            o Pada umumnya, hepatitis tipe A, B, dan C mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan serum-sickness.
            o Serangan yang teringan tidak memperlihatkan tanda-tanda dan hanya ditandai dengan naiknya transminase serum.
            o Serangan ikterus biasanya pada orang remaja dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang lebih 3-4 hari hingga 2-3 minggu, ketika mana pasien umumnya merasa “tidak lezat badan”, menderita tanda-tanda digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada panas tubuh ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada nafsu untuk merokok atau minum alkohol; perasaan tubuh tak lezat bertambah menjelang malam dan pasien merasa sengsara.
           
o Kadang-kadang sanggup menderita sakit kepala yang hebat.
            o Hati sanggup di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
            o Setelah kurang lebih 1-4 ahad masa ikterik, biasanya pasien remaja akan sembuh.

Ø Manifestasi Klinik
            o Stadium Praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas, urin menjadi lebih coklat
            o Stadium Ikterik, berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah anoreksia, dan muntah. Hati membesar dan nyeri tekan. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Serangan Ikterus biasanya pada orang remaja dimulai dengan suatu masa prodromal, kurang lebih 3-4 hari hingga 2-3 minggu, ketika mana pasien umumnya merasa tidak lezat makan, menderita tanda-tanda digestive terutama anoreksia dan nausea dan kemudian ada panas tubuh ringan, ada nyeri di abdomen kanan atas yang bertambah pada tiap guncangan badan. Masa prodormal diikuti warna urin bertambah gelap dan warna tinja menjadi gelap, keadaan demikian menandakan timbulnya ikterus dan berkurangnya tanda-tanda : panas tubuh menghilang, mungkin timbul bradikardi. Setelah kurang lebih 1-2 ahad masa ikterik, biasanya pasien remaja akan sembuh. Tinja menjadi normal kembali dan nafsu makan pulih. Setelah kelihatannya sembuh rasa lemah tubuh masih sanggup berlangsung selama beberapa minggu
            o Stadium pasca ikterik. Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi.Penyembuhan pada ank-anak lebih cepat lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada final bulan kedua, lantaran penyebab yang biasanya berbeda.
2.5. Penegakkan Diagnosa
Ø Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia hati.
            o Tes serologi yaitu investigasi kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
            o Tes biokimia hati yaitu investigasi sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang dihasilkan jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah sanggup diketahui derajat keparahan atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati (liver) sanggup dinilai.Beberapa jenis parameter biokimia yang diperiksa yaitu AST (aspartat aminotransferase), ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. Pemeriksaan ini biasa dilakukan secara terpola untuk mengevaluasi perkembangan penyakit maupun perbaikan sel dan jaringan hati (liver).
Ø Pemeriksaan HbsAg. Yakni untuk mendeteksi adanya antigen virus dalam tubuh, sebagai penanda awal terjadinya infeksi Hepatitis B.
Ø Pemeriksaan antiHBs. Untuk mendeteksi adanya kekebalan atau antibodi terhadap virus Hepatitis B.
Ø Pemeriksaan IgM antiHBc. Untuk mendeteksi antibodi terhadap HbcAg. (penanda pernah terinfeksi hepatitis B).
Ø Pemeriksaan HbeAg dan Anti Hbe. Untuk mendeteksi apakah sedang terjadi replikasi virus aktif atau tidak dalam tubuh penderita.
Ø Pemeriksaan HBV DNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar proses replikasi virus sedang terjadi di dalam tubuh. Tetapi hanya dilakukan bila penderita terinfeksi Hepatitis B, sehingga sanggup ditemukan pada tipe mutant.

Pemeriksaan laboratorium yang dipakai untuk melacak hepatitis virus C antara lain dengan
:
Ø Anti HCV. Untuk mengetahui apakah penderita terpapar Hepatitis C.
Ø HCV RNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar aktifitas Virus Hepatitis C.
Saat ini, hasil investigasi immunologi untuk deteksi hepatitis virus tersebut selain HBV DNA dan HCV RNA, sanggup diketahui segera (One Day Sevice/sehari jadi). Perkembangan di bidang diagnostika laboratorium tersebut, tentunya akan mempercepat penanganan oleh dokter, sehingga sanggup diambil langkah-langkah yang tepat bagi penderita Hepatitis A, B maupun C.
2.6. Prognosis
Prognosis pada penyakit hepatitis sanggup dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu:
Ø Infeksi hepatititis B dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi.
Ø Pasien yang agak renta atau kesehatan umumnya buruk mempunyai prognosis jelek.
2.7. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai yaitu perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5 % – 10 % pasien. Akan tetapi meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitits kronik persisten akan selalu sembuhkembali.
Setelah hepatitits virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis kasar atau kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati menyerupai digerogoti dan perkembangan sirosis. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akhir gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif sanggup berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya, Hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari suatu hepatitis yang cukup bermakna yaitu perkembangan karsinoma hepatoseluler.

2.7. Epidemiologi
a) Hepatitis A
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A (VHA) biasanya tidak hingga mengakibatkan kerusakan jaringan hati (liver) yang parah. Mayoritas mereka yang terinfeksi oleh virus ini sanggup pulih sepenuhnya. Hepatitis A menular melalui masakan atau minuman yang tercemar oleh VHA.
Gejala Hepatitis A :
Gejala awal menyerupai influenza, gastritis maupun artritis. Tetapi yang terutama yaitu adanya demam, lemah/lesu, mual, muntah, dan diare. Urin menjadi berwarna gelap dan tinja berwarna pucat selama penderita mengalami kulit berwarna kuning atau jaundice. Gejala hepatitis A biasanya berlangsung selama 3 – 6 minggu, dan masa penyembuhannya secara klinis dan biokimiawi memerlukan waktu hingga 6 bulan.
Penularan Hepatitis A :
Penularan hepatitis A terutama terjadi melalui masakan dan minuman (95%). Penularan lain melalui kontak pribadi dengan penderita, atau melalui pemakaian jarum suntik.
Kelompok yang berisiko terhadap Hepatitis A :
Orang yang mengkonsumsi masakan atau minuman yang tidak terjamin kebersihannya berisiko untuk tertular hepatitis A. Terjadinya infeksi pemanis hepatitis A pada pengidap kronik hepatitis B atau hepatitis C sering menimbulkan bertambah parahnya penyakit hati tersebut, sehingga mengakibatkan gagal hati.
Pengobatan dan pencegahannya :
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap hepatitis A. Istirahat dan gizi yang baik sanggup membantu mempercepat penyembuhan. Pencegahan yang sanggup dilakukan yaitu dengan :
- pola hidup yang baik dan bersih
- vaksinasi terhadap hepatitis A
Waktu pemberian dan takaran vaksin :
Sedini mungkin bagi anak mulai umur 2 tahun . Satu kali suntikan pertama, dan 6 bulan berikutnya suntikan penguat (booster) sanggup memperlihatkan proteksi sekurang-kurangnya 10 tahun.
Yang harus divaksinasi :
Anak-anak yaitu prioritas untuk mendapat vaksinasi.
Untuk orang remaja :
- orang yang tinggal di kawasan endemis tinggi (Indonesia)
- pengelola masakan : catering, koki, pedagang makanan, dll
- dokter dan perawat
- tentara
- orang yang bepergian (travellers)
- penderita hepatitis C kronis atau penyakit hati kronis yang lain.
b) Hepatitis B
Adapun yang melatar belakangi penulisan makalah ini selain merupakan kiprah  Makalah Virus Hepatitis
Prevalensi Hepatitis B
Pada ketika ini diperkirakan bahwa di dunia terdapat kira-kira 300 juta orang pengidap Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg – carrier), dan dari jumlah ini sekitar 220 juta orang dan ini berarti bahwa hampir 78% berdiam di Asia. Data prevalensi HBsAg di Indonesia sangat bervariasi, hal ini sanggup dimengerti mengingat Indonesia mempunyai kawasan yang sangat luas.
Dengan prevalensi HBsAg 3 – 20% Indonesia digolongkan kedalam kelompok kawasan endemis sedang hingga dengan tinggi, dan termasuk negara yang sangat dihimbau oleh WHO untuk segera melaksanakan perjuangan pencegahan terhadap hepatitis B.
Data-data dari banyak sekali penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar infeksi virus hepatitis B yang menetap timbul sebagai akhir infeksi pada waktu bayi dan anak-anak. Makin muda usia seseorang terkena infeksi virus hepatitis B, lebih besar kemungkinannya untuk menderita infeksi virus hepatitis B yang menetap, dengan demikian lebih besar pula risiko untuk menjadi sirosis hati dan kanker hati primer dikemudian hari.
Transmisi Virus Hepatitis B secara vertikal dan Horizontal
Infeksi pada bayi terjadi pada ketika persalinan dari ibu pengidap HBsAg dan penularan ini disebut sebagai penularan vertikal. Selain itu juga terdapat penularan secara horizontal berupa kontak dekat dengan pengidap hepatitis B.
Sumber Penularan Hepatitis B
Darah
Dalam perjalanan infeksi virus hepatitis B hati dan darah merupakan tempat yang mengandung konsentrasi virus hepatitis B yang tertinggi.
Air Seni
HBsAg sanggup ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam air seni penderita hepatitis akut B dan pengidap dengan fungsi ginjal yang normal. Bukti yang nyata bahwa air seni sanggup menularkan infeksi tidak jelas.
Tinja Dan Sekresi Usus
Pada waktu ini dianggap bahwa HBsAg tidak terdapat dalam tinja penderita hepatitis akut B dan pengidap.
Air Liur
HBsAg sering dijumpai pada air liur pada masalah hepatitis akut ataupun pengidap. Walaupun air liur sanggup mengandung sejumlah kecil partikel virus hepatitis B namun agaknya daya infeksinya rendah.
Semen (cairan mani) Sekresi Vagina dan Darah Menstruasi
HBsAg telah dijumpai pada semen, baik pada masalah akut maupun pengidap, demikian pula pada sekret vagina dan darah menstruasi. Kontak seksual merupakan salah satu penularan HBsAg yang penting.
f.Air Susu,Keringat dan cairan tubuh yang lain
HBsAg telah dilaporkan sanggup dijumpai pada air susu, keringat dan pada eksudat menyerupai cairan ketuban dan cairan sendi. Namun peranan dalam penularan HBsAg agaknya kecil.
Cara Penyebaran Virus Hepatitis B
Penyebaran virus hepatitis B sanggup melalui banyak sekali cara :
A. Penularan melalui kulit (perkutan)
Penularan perkutan terjadi jikalau materi yang mengandung HBsAg/partikel virus hepatitis B intak masuk atau dimasukkan ke dalam kulit. Terdapat 2 keadaan cara penularan ini:
Penularan perkutan yang nyata :
Terjadi jikalau materi yang infeksius masuk melewati kulit; melalui penyuntikan darah atau materi yang berasal dari darah, baik secara intravena atau bacokan jarum.
v Hepatitis pasca transfusi
Hepatitis virus B akut sanggup timbul sebagai akhir transfusi darah yang mengandung HBsAg positip.
Dengan melaksanakan uji saring darah donor terhadap adanya HBsAg, maka terperinci terdapat penurunan prevalensi insiden hepatitis pasca transfusi.
v Hemodialisa
Prevalensi yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun kronik, telah dilaporkan pada penderita dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berkala.
v Alat suntik
Penularan lewat suntikan dengan mempergunakan alat yang tidak steril, telah usang dikenal. Sering setelah imunisasi masal terjadi letupan hepatitis beberapa waktu kemudian.
Penularan perkutan tidak nyata :
Penularan perkutan yang tidak nyata sanggup terjadi. Banyak penderita mendapat hepatitis virus B dan tidak pernah sanggup mengingat bahwa mereka mendapat stress berat pada kulit atau hal lain, virus hepatitis B tidak sanggup menembus kulit yang sehat, namun sanggup melalui kulit yang mengalami kelainan penyakit kulit. Penularan yang tidak nyata ini sangat mungkin memegang peranan penting dalam menerangkan jumlah pengidap HBsAg yang sangat besar.
Penatalaksanaan Hepatitis B Akut
Pada dasarnya terdapat 3 cara umum dalam penatalaksanaan hepatitis B virus akut
1. Tirah baring
Tirah baring telah merupakan suatu cara dalam mengobati suatu penyakit.
2. Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada stadium dini persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan bahkan muntah, disamping hal yang menganggu yaitu tidak nafsu makan. Dalam keadaan ini jikalau dianggap perlu pemberian masakan sanggup dibantu dengan pemberian infus cairan glukosa.
3. Obat-obatan
Pada ketika ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki kematian/kerusakan sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis virus akut.
Penatalaksanaan Hepatitis Kronik
Tujuan pengobatan tentu saja kita mengharapkan penyembuhan total dari infeksi virus hepatitis B, kita mengharapkan bahwa virus tersebut sanggup dihilangkan di dalam tubuh dan terjadi penyembuhan penyakit hatinya. Hal ini ditandai dengan menghilangnya HBsAg, DNA polymerase dan HBVDNA dan juga perubahan nilai SGOT dan SGPT (enzim hati) ke dalam batas normal.
Macam pengobatan :

OBAT ANTI VIRUS
            Interferon
Mempunyai kegiatan biologik sebagai antiviral, antiproliferatif dan khasiat imunomodulasi. Dari penelitian-penelitian terdahulu memang dilihat adanya respons yang kurang dan hal ini disebabkan lantaran takaran yang rendah dan pendeknya jangka waktu pengobatan. Dengan telah ditemukan cara DNA rekombinant telah sanggup dibentuk alfa, beta dan gamma interferon dalam jumlah yang besar dan sebagian problem diatas telah sanggup diatasi.
Sasaran utama dari Interferon pada hepatitis kronis yaitu menekan permanen replikasi virus atau membasminya sehingga sanggup mencapai keadaan remisi penyakitnya. Indikasi pemberian interferon umumnya diberikan pada stadium replikasi (pembelahan virus) dan perjalanan hepatitis B kronik yang ditandai dengan kenaikan enzim hati (transaminase), HBeAg dan HBV DNA serum yang positif selama observasi 6 bulan. Salah satu interferon yang telah beredar luas di Indonesia yaitu INTRON AÒ
Pemberian interferon sering disertai timbulnya efek samping yaitu menggigil, demam, lemah, rambut rontok, berat tubuh turun, pemfokusan pada sumsum tulang, dan perubahan lokal pada tempat suntikan.
c) Hepatitis C
Adapun yang melatar belakangi penulisan makalah ini selain merupakan kiprah  Makalah Virus Hepatitis
Prevalensi Virus Hepatitis C
Di Indonesia prevalensi hepatitis C ditemukan sangat bervariasi mengingat luas geografis yang sangat luas, selain itu juga terdapat variasi dari hasil beberapa penelitian sehubungan dengan kelompok yang diteliti yang berlainan. Hasil investigasi pendahuluan anti-HCV pada donor darah di beberapa tempat di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensinya yaitu diantara 3,1% hingga 4%.
Aspek Klinis Hepatitis C
Secara klinik hepatitis C menyerupai dengan infeksi hepatitis B. Gejala awal tidak spesifik dengan tanda-tanda gastrointestinal (pencernaan) diikuti dengan ikterus (kuning) dan kemudian diikuti dengan perbaikan pada kebanyakan kasus.
Yang menyolok yaitu sebagian besar penderita yang terkena infeksi hepatitis C akan menjurus menjadi kronik. Kejadiannya jauh lebih sering dibandingkan dengan hepatitis B. Dilaporkan bahwa kira-kira 50% menjadi sirosis hati.
Kanker hati sanggup terjadi mengikuti sirosis hati yang disebabkan oleh hepatitis NANB. Lamanya waktu semenjak terjadinya pemberian transfusi darah dan insiden penyakit hati kronik sebagai berikut :
o 13 tahun diharapkan untuk terjadinya hepatitis kronik aktif
o 12 tahun diharapkan untuk terjadinya sirosis hati
o 18-24 tahun untuk perkembangan ke arah karsinoma hepatoseluler
Belum usang dilaporkan bahwa, kira-kira 50% masalah yang terinfeksi HCV akan menjadi kronik dan dalam 20% akan menjadi sirosis hati namun penelitian terakhir memperlihatkan angka insiden kronik yang lebih tinggi lagi, yaitu sanggup mencapai angka 70%. Dengan investigasi HCV-RNA dalam serum hati, telah diperlihatkan bahwa angka infeksi yang menetap menjadi lebih tinggi lagi, yaitu antara 80-90%.
Penularan Hepatitis C
Parenteral (melalui darah)
Di Amerika Serikat, dan Jepang penularan hepatitis C terjadi terutama melalui cara parenteral, menyerupai transfusi darah atau produk darah. Populasi dengan risiko tinggi terlihat pada hemodialisis (cuci darah) mereka yang sering mendapat penyuntikan obat-obatan secara intravena, disusul oleh penderita hemofilia dan thalasemia.
Kontak personal
Peran kontak orang ke orang dalam penularan hepatitis C belum jelas. Penularan secara kontak dekat dengan penggunaan bersama alat cukur atau sikat gigi dalam keluarga mungkin merupakan salah satu cara penularan.
§ Transmisi seksual
Hasil penelitian akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa kontak seksual dengan banyak partner heteroseksual atau dengan penderita hepatitis sanggup berakibat terjangkitnya penyakit.
§ Transmisi neonatal (bayi gres lahir)
Penularan VHC dari ibu ke bayi melalui transmisi vertikal/perinatal namun demikian angka kejadiannya kecil.
§ Transmisi non parenteral
Ditemukannya antibodi pada para donor darah memperlihatkan bahwa hepatitis C sanggup ditularkan melalui cara non parenteral.
Pencegahan dan Pengobatan
a.Pencegahan lebih penting daripada pengobatan, yaitu dengan cara:
Kebersihan diri dan lingkungan
v Bila akan donor darah, perlu di screning terhadap virus hepatitis C.
v Jangan pernah melaksanakan tatoo atau tindakan dengan jarum-jarum suntik yang tidak steril.
v Menghindari kekerabatan intim dengan perempuan yang tidak kita kenal baik profesinya (partner yang tidak jelas).
v Memakai alat: sisir, pisau cukur, sikat gigi, handuk, dsb. milik pribadi
v Melakukan general check-up lengkap paling usang setiap tahun, termasuk menunjukan hepatitis C.
b.Pengobatan :
Satu-satunya pengobatan terhadap hepatitis C kronik yang sudah diakuti hingga kini ialah pemberian suntikan interferon selama paling sedikit 6 bulan – 1 tahun untuk meng-inaktifkan virus hepatitis C dan menormalkan SGPT dan citra biopsi hati menjadi tidak aktif lagi.
Interferon telah dipakai pada hepatitis C tahun 1986. Pada laporan tersebut dinyatakan pengobatan interferon alfa menormalkan SGPT dan memperbaiki citra histologi pada 50% masalah setelah pengobatan dengan takaran 3 juta unit 3 kali seminggu.
Dikatakan bahwa penderita yang akan memperlihatkan respons baik biasanya telah memperlihatkan SGOT dan SGPT yang menjadi normal dalam 3 bulan pertama. Relaps akan diperkecil dengan memperpanjang masa pemberian interferon.
Perkembangan akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan interferon juga dikaitkan dengan genotip dari virus C, genoptip 1 termasuk yang sulit diobati. Dianggap bahwa virus hepatitis C juga mengalami mutasi dan sering terjadi reinfeksi pada seseorang. Karena itu kini terdapat kecenderungan bahwa pengobatan segera dimulai pada tingkat awal penyakit hati kronik dengan keadaan HCV-RNA yang rendah.
Masalah yang sanggup terjadi pada penggunaan interferon yaitu timbulnya efek samping yaitu rasa lemah, nyeri pada otot, demam, nafsu makan berkurang, gangguan konsentrasi dan susah tidur.
Masalah lain yang dihadapi yaitu respons menetap yang hanya terjadi pada sebagian pasien yang diterapi dengan interferon tunggal. Meskipun telah terjadi serokonversi (HCV RNA menjadi negatif), beberapa bulan kemudian menjadi positif kembali.
Dalam hal tersebut, cara yang ditempuh yaitu dengan meningkatkan takaran atau usang pengobatan yang membawa konsekuensi meningkatnya efek samping maupun biaya pengobatan. Akhir-akhir ini telah ditemukan Ribavirin suatu nukleosida analog yang mempunyai sifat antivirus termasuk HCV dan sanggup dipakai secara oral (diminum). Dari banyak sekali publikasi hasil penelitian memperlihatkan bahwa terapi kombinasi Interferon (INTRON AÒ ) dan Ribavirin memperlihatkan hasil respon menetap (hilangnya HCV-RNA) dari darah) yang lebih besar (2-3x lebih besar) dibandingkan terapi dengan terapi interferon tunggal.

BAB 3
Penutup
o   Simpulan
Hepatitis yaitu istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan pankreatitis) jadi  Hepatitis yaitu peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akhir infeksi virus, tetapi sanggup pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering yaitu hepatitis virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus C.
Etiologi hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa virus diantaranya virus hepatitis A, virus hepatitis B, dan virus hepatitis C. Hepatitis pula sanggup disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik
Patofisiologi hepatitis yaitu adanya pembengkakan atau edema hepar yang disebabkan oleh cedera dan  nekrosis menimbulkan gagal hati fulminan dan kematian. Perubahan ini bersifat reversibel tepat bila fase akut penyakit mereda.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu, anoreksia. Terjadi selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa minggu. Jika terjdi selama 4-7 hari maka sesaorang tersebut mengalami stadium parikterik. Setelah menegalami satidum parikterik  pasien akan mengalami stadium ikterikI yaitu, berkurangnya rasa mual, muntah, dan lesu.
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan wacana masalah nyata dengan kegiatan kehidupan sehari-hari menyerupai yang dialami oleh pasien. Seperti resiko kekurangan volume cairan yang berafiliasi dengan muntah, diare, dan pendarahan, kemudian Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
Penatalaksanaan hepatitis sanggup dilakukan dengan istirahat, diet, dan medikalmentosa. Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik yaitu interferon (IFN). Obat tersebut yaitu suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita.
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan masakan yang paling sanggup dimakan oleh penderita. Pemberian masakan secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi sehingga tanda-tanda mereda dan tes fungsi hati kembali normal. Pengobatan alternatif untuk penyakit hepatitis sangatlah mahal, maka untuk pengobatan lebih baik memakai obat tradisional. Namun pencegahan hepatitis sanggup dilakukan dengan imunisasi, yang dikarenakan adanya keterbatasan pengobatan untuk penyakit hepatitis virus.
o   Saran
1)      Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman biar kiranya sanggup memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam kehidupan seharí-hari, lantaran mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.
2)     Kepada teman-teman penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat, menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan sekitar.



 gambarnya gak kebuka? klik aja . tetep gak sanggup ? ask @intansilabn